Sabtu, 24 September 2011

Di Balik Kesunyian

Di balik kesunyianku ada kesunyian lain,Penghuninya adalah kesendirianku yang berkerumun seperti- pasar dan kesenyapanku bising oleh suara-suara. Trelalu muda dan gelisah aku mencari-cari di atas kesu- nyian. Suara-suara nun jauh masih terngiang di telingaku, dan bayanganya menghalanig jalanku sehingga- aku tak dapat pergi.Terlalu muda dan terlalu liar aku mencari hutan suci itu. Rasa asin darah masih melekat di bibir busur serta anak panah nenek moyangku masih ku genggam namun aku tak mampu pergi. Di balik diriku yg terkurung ini, Hidup diriku yang bebas, yang baginya mimpi-mimpiku adalah medan- perang di waktu malam dan hasrat-hasratku adalah tulang-tulang yang gemeretak.

Jumat, 16 September 2011

Pkiranmu, Pikiranku

Pikiranmu adalah sebatang pohon yg mengakar ditanah tradisi dan cabang2nya tumbuh dlm kekuatan tanpa henti. Pikiranku adalah awan yg berarak di angkasa, ia mengubah diri menjadi butir-butir yg, ketika jatuh, membentuk- anak sungai yg melantunkan jalannya ke samudera.kemudian ia naik lg jd uap. Pikiranmu adalah dogma kuno yang tak mampu mengubahmu dan engkau pun tak mampu mengubah nya. Pikiranku Baru, ia merasakanku dan aku merasakannya setiap pagi dan petang. Engkau bersama pikiranmu dan aku bersama pikiranku.

Senin, 05 September 2011

"Di Balik Kelembutan Suaramu"

Di Balik Kelembutan Suaramu
Senin, 05 Juli 2003 - 08:30:59,  Penulis : Al Ustadzah Ummu Ishak Al Atsariyyah & Al Ustadzah Ummu Affan Nafisah bintu Abi
Kategori : Mutiara Kata
Di Balik Kelembutan Suaramu
[Print View] [kirim ke Teman]

Banyak wanita di jaman ini yang merelakan dirinya menjadi komoditi. Tidak hanya wajah dan tubuhnya yang menjadi barang dagangan, suaranya pun bisa mendatangkan banyak rupiah

Ukhti Muslimah….
Suara empuk dan tawa canda seorang wanita terlalu sering kita dengarkan di sekitar kita, baik secara langsung atau lewat radio dan televisi. Terlebih lagi bila wanita itu berprofesi sebagai penyiar atau MC karena memang termasuk modal utamanya adalah suara yang indah dan merdu.

Begitu mudahnya wanita tersebut memperdengarkan suaranya yang bak buluh perindu, tanpa ada rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal Dia telah memperingatkan:
“Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al Ahzab: 32)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah bersabda :
“Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumah maka syaitan menghias-hiasinya (membuat indah dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah)”. (HR. At Tirmidzi, dishahihkan dengan syarat Muslim oleh Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi`i dalam Ash Shahihul Musnad, 2/36).

Suara merupakan bagian dari wanita sehingga suara termasuk aurat, demikian fatwa yang disampaikan Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan dan Asy Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Jibrin sebagaimana dinukil dalam kitab Fatawa Al Mar’ah Al Muslimah (1/ 431, 434)

Para wanita diwajibkan untuk menjauhi setiap perkara yang dapat mengantarkan kepada fitnah. Apabila ia memperdengarkan suaranya, kemudian dengan itu terfitnahlah kaum lelaki, maka seharusnya ia menghentikan ucapannya. Oleh karena itu para wanita diperintahkan untuk tidak mengeraskan suaranya ketika bertalbiyah1. Ketika mengingatkan imam yang keliru dalam shalatnya, wanita tidak boleh memperdengarkan suaranya dengan ber-tashbih sebagaimana laki-laki, tapi cukup menepukkan tangannya, sebagaimana tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
“Ucapan tashbih itu untuk laki-laki sedang tepuk tangan untuk wanita”. (HR. Al Bukhari no. 1203 dan Muslim no. 422)

Demikian pula dalam masalah adzan, tidak disyariatkan bagi wanita untuk mengumandangkannya lewat menara-menara masjid karena hal itu melazimkan suara yang keras.

Ketika terpaksa harus berbicara dengan laki-laki dikarenakan ada kebutuhan, wanita dilarang melembutkan dan memerdukan suaranya sebagaimana larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab di atas. Dia dibolehkan hanya berbicara seperlunya, tanpa berpanjang kata melebihi keperluan semula.

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah u berkata dalam tafsirnya: “Makna dari ayat ini (Al-Ahzab: 32), ia berbicara dengan laki-laki yang bukan mahramnya tanpa melembutkan suaranya, yakni tidak seperti suaranya ketika berbicara dengan suaminya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/491).

Maksud penyakit dalam ayat ini adalah syahwat (nafsu/keinginan) berzina yang kadang-kadang bertambah kuat dalam hati ketika mendengar suara lembut seorang wanita atau ketika mendengar ucapan sepasang suami istri, atau yang semisalnya.

Suara wanita di radio
dan telepon

Asy Syaikh Muhammad Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah ditanya: “Bolehkah seorang wanita berprofesi sebagai penyiar radio, di mana ia memperdengarkan suaranya kepada laki-laki yang bukan mahramnya? Apakah seorang laki-laki boleh berbicara dengan wanita melalui pesawat telepon atau secara langsung?”
Asy Syaikh menjawab: “Apabila seorang wanita bekerja di stasiun radio maka dapat dipastikan ia akan ikhtilath (bercampur baur) dengan kaum lelaki. Bahkan seringkali ia berdua saja dengan seorang laki-laki di ruang siaran. Yang seperti ini tidak diragukan lagi kemungkaran dan keharamannya. Telah jelas sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
“Jangan sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita.”

Ikhtilath yang seperti ini selamanya tidak akan dihalalkan. Terlebih lagi seorang wanita yang bekerja sebagai penyiar radio tentunya berusaha untuk menghiasi suaranya agar dapat memikat dan menarik. Yang demikian inipun merupakan bencana yang wajib dihindari disebabkan akan timbulnya fitnah.

Adapun mendengar suara wanita melalui telepon maka hal tersebut tidaklah mengapa dan tidak dilarang untuk berbicara dengan wanita melalui telepon. Yang tidak diperbolehkan adalah berlezat-lezat (menikmati) suara tersebut atau terus-menerus berbincang-bincang dengan wanita karena ingin menikmati suaranya. Seperti inilah yang diharamkan. Namun bila hanya sekedar memberi kabar atau meminta fatwa mengenai suatu permasalahan tertentu, atau tujuan lain yang semisalnya, maka hal ini diperbolehkan. Akan tetapi apabila timbul sikap-sikap lunak dan lemah-lembut, maka bergeser menjadi haram. Walaupun seandainya tidak terjadi yang demikian ini, namun tanpa sepengetahuan si wanita, laki-laki yang mengajaknya bicara ternyata menikmati dan berlezat-lezat dengan suaranya, maka haram bagi laki-laki tersebut dan wanita itu tidak boleh melanjutkan pembicaraannya seketika ia menyadarinya.

Sedangkan mengajak bicara wanita secara langsung maka tidak menjadi masalah, dengan syarat wanita tersebut berhijab dan aman dari fitnah. Misalnya wanita yang diajak bicara itu adalah orang yang telah dikenalnya, seperti istri saudara laki-lakinya (kakak/adik ipar), atau anak perempuan pamannya dan yang semisal mereka.” (Fatawa Al Mar‘ah Al Muslimah, 1/433-434).

Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman Al Jibrin menambahkan dalam fatwanya tentang permasalahan ini: “Wajib bagi wanita untuk bicara seperlunya melalui telepon, sama saja apakah dia yang memulai menelepon atau ia hanya menjawab orang yang menghubunginya lewat telepon, karena ia dalam keadaan terpaksa dan ada faidah yang didapatkan bagi kedua belah pihak di mana keperluan bisa tersampaikan padahal tempat saling berjauhan dan terjaga dari pembicaraan yang mendalam di luar kebutuhan dan terjaga dari perkara yang menyebabkan bergeloranya syahwat salah satu dari kedua belah pihak. Namun yang lebih utama adalah meninggalkan hal tersebut kecuali pada keadaan yang sangat mendesak.” (Fatawa Al Mar`ah, 1/435)

Laki-laki berbicara lewat telepon dengan wanita yang telah dipinangnya

Kenyataan yang ada di sekitar kita, bila seorang laki-laki telah meminang seorang wanita, keduanya menilai hubungan mereka telah teranggap setengah resmi sehingga apa yang sebelumnya tidak diperkenankan sekarang dibolehkan. Contoh yang paling mudah adalah masalah pembicaraan antara keduanya secara langsung ataupun lewat telepon. Si wanita memperdengarkan suaranya dengan mendayu-dayu karena menganggap sedang berbincang dengan calon suaminya, orang yang bakal menjadi kekasih hatinya. Pihak laki-laki juga demikian, menyapa dengan penuh kelembutan untuk menunjukkan dia adalah seorang laki-laki yang penuh kasih sayang. Tapi sebenarnya bagaimana timbangan syariat dalam permasalahan ini?

Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjawab:” Tidak apa-apa seorang laki-laki berbicara lewat telepon dengan wanita yang telah dipinangnya (di-khitbah-nya), apabila memang pinangannya (khitbah) telah diterima. Dan pembicaraan itu dilakukan untuk saling memberikan pengertian, sebatas kebutuhan dan tidak ada fitnah di dalamnya. Namun bila keperluan yang ada disampaikan lewat wali si wanita maka itu lebih baik dan lebih jauh dari fitnah. Adapun pembicaraan antara laki-laki dan wanita, antara pemuda dan pemudi, sekedar perkenalan (ta‘aruf) –kata mereka- sementara belum ada khithbah di antara mereka, maka ini perbuatan yang mungkar dan haram, mengajak kepada fitnah dan menjerumuskan kepada perbuatan keji. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman:
“Maka janganlah kalian merendahkan suara dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang ma‘ruf.” (Al-Ahzab: 32) (Fatawa Al Mar‘ah, 2/605) ?

(Disusun dan dikumpulkan dari fatwa Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan dan Asy Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin
oleh Ummu Ishaq Al Atsariyah dan Ummu ‘Affan Nafisah bintu Abi Salim).

Minggu, 04 September 2011

WANITA PENGHUNI NERAKA

class=content>Saudariku Muslimah … .

Suatu hal yang pasti bahwa surga dan neraka adalah dua makhluk yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan. Surga diciptakan-Nya sebagai tempat tinggal yang abadi bagi kaum Mukminin dan neraka sebagai tempat tinggal bagi kaum musyrikin dan pelaku dosa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang darinya.

Setiap Muslimin yang mengerti keadaan Surga dan neraka tentunya sangat berharap untuk dapat menjadi penghuni Surga dan terhindar jauh dari neraka, inilah fitrah.

Pada Kajian kali ini, kami akan membahas tentang neraka dan penduduknya, yang mana mayoritas penduduknya adalah wanita dikarenakan sebab-sebab yang akan dibahas nanti.

Sebelum kita mengenal wanita-wanita penghuni neraka alangkah baiknya jika kita menoleh kepada peringatan-peringatan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al Qur’an tentang neraka dan adzab yang tersedia di dalamnya dan perintah untuk menjaga diri daripadanya.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At Tahrim : 6)


Imam Ath Thabari rahimahullah menyatakan di dalam tafsirnya : “Ajarkanlah kepada keluargamu amalan ketaatan yang dapat menjaga diri mereka dari neraka.”


Ibnu Abbas radliyallahu 'anhu juga mengomentari ayat ini : “Beramallah kalian dengan ketaatan kepada Allah, takutlah kalian untuk bermaksiat kepada-Nya dan perintahkan keluarga kalian untuk berdzikir, niscaya Allah menyelamatkan kalian dari neraka.” Dan masih banyak tafsir para shahabat dan ulama lainnya yang menganjurkan kita untuk menjaga diri dan keluarga dari neraka dengan mengerjakan amalan shalih dan menjauhi maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Di dalam surat lainnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al Baqarah : 24)


Begitu pula dengan ayat-ayat lainnya yang juga menjelaskan keadaan neraka dan perintah untuk menjaga diri daripadanya.


Kedahsyatan dan kengerian neraka juga dinyatakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam di dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu bahwasanya beliau bersabda : “Api kalian yang dinyalakan oleh anak cucu Adam ini hanyalah satu bagian dari 70 bagian neraka Jahanam.” (Shahihul Jami’ 6618)


Jikalau api dunia saja dapat menghanguskan tubuh kita, bagaimana dengan api neraka yang panasnya 69 kali lipat dibanding panas api dunia? Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari neraka. Amin.


Wanita Penghuni Neraka

Tentang hal ini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)


Hadits ini menjelaskan kepada kita apa yang disaksikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang penduduk Surga yang mayoritasnya adalah fuqara (para fakir miskin) dan neraka yang mayoritas penduduknya adalah wanita. Tetapi hadits ini tidak menjelaskan sebab-sebab yang mengantarkan mereka ke dalam neraka dan menjadi mayoritas penduduknya, namun disebutkan dalam hadits lainnya.


Di dalam kisah gerhana matahari yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang panjang , beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka.
Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya radliyallahu 'anhum : “ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya : “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma)


Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda :“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu)


Dari Imran bin Husain dia berkata, Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim dan Ahmad)


Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadits di atas dengan pernyataannya : “Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal.
Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369)


Saudariku Muslimah … .

Jika kita melihat keterangan dan hadits di atas dengan seksama, niscaya kita akan dapati beberapa sebab yang menjerumuskan kaum wanita ke dalam neraka bahkan menjadi mayoritas penduduknya dan yang menyebabkan mereka menjadi golongan minoritas dari penghuni Surga.

Saudariku Muslimah … . Hindarilah sebab-sebab ini semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari neraka. Amin.

1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya


Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan hal ini pada sabda beliau di atas tadi. Kekufuran model ini terlalu banyak kita dapati di tengah keluarga kaum Muslimin, yakni seorang istri yagn mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak cocok dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah, panas setahun dihapus oleh hujan sehari.
Padahal yang harus dilakukan oleh seorang istri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan sang suami karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat istri model begini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : “Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 76)

Hadits di atas adalah peringatan keras bagi para wanita Mukminah yang menginginkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Surga-Nya. Maka tidak sepantasnya bagi wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri kebaikan-kebaikan suaminya dan nikmat-nikmat yang diberikannya atau meminta dan banyak mengadukan hal-hal sepele yang tidak pantas untuk dibesar-besarkan.


Jika demikian keadaannya maka sungguh sangat cocok sekali jika wanita yang kufur terhadap suaminya serta kebaikan-kebaikannya dikatakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai mayoritas kaum yang masuk ke dalam neraka walaupun mereka tidak kekal di dalamnya.


Cukup kiranya istri-istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabiyah sebagai suri tauladan bagi istri-istri kaum Mukminin dalam mensyukuri kebaikan-kebaikan yang diberikan suaminya kepadanya.

2. Durhaka Terhadap Suami


Kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan masyarakat kaum Muslimin. Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
1. Durhaka dengan ucapan.
2. Durhaka dengan perbuatan.
3. Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.

Bentuk pertama ialah seorang istri yang biasanya berucap dan bersikap baik kepada suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba berubah sikap dengan berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan suaminya. Atau ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau lambat mendatangi suaminya. Kedurhakaan seperti ini sering dilakukan seorang istri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah terhadap sikap ini.

Termasuk bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang diperbolehkan syar’i. Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan merusak kehormatannya sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain. Bentuk serupa adalah apabila seorang istri meminta di thalaq atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mengaku-aku telah dianiaya atau didhalimi suaminya atau yang semisal dengan itu.

Permintaan cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami dan istri karena ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha sang suami. Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya karena suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah-sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sungguh jelek apa yang dilakukan istri seperti ini terhadap suaminya. Ingatlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :“Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi serta selain keduanya. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 85)

Bentuk kedurhakaan kedua yang dilakukan para istri terjadi dalam hal perbuatan yaitu ketika seorang istri tidak mau melayani kebutuhan seksual suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang semisal dengan itu.

Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Yang demikian seakan-akan seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i. Demikian pula jika sang istri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan yang semisal dengan itu.

Bentuk lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu, melakukan puasa sunnah tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti shalat, mandi janabat, atau puasa Ramadlan.

Maka setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah istri yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jika kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang istri maka ia dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan perbuatannya. (Dinukil dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim As Sadlan halaman 23-25 dengan beberapa tambahan)

Sungguh merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini. Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya wanita yang melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan dunia yang menipu.

Ketahuilah wahai saudariku Muslimah, jalan menuju Surga tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi ketegaran iman oleh Allah. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini ada Surga yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang sabar menempuhnya.

Ketahuilah pula bahwa jalan menuju neraka memang indah, penuh dengan syahwat dan kesenangan dunia yang setiap manusia tertarik untuk menjalaninya. Tetapi ingat dan sadarlah bahwa neraka menanti orang-orang yang menjalani jalan ini dan tidak mau berpaling darinya semasa ia hidup di dunia.

Hanya wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia lakukan. Ia akan kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam mentaati perintahnya. Ia mengerti nasib di akhirat dan bukan kesengsaraan di dunia yang ia takuti dan tangisi.

3. Tabarruj


Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki. (Jilbab Al Mar’atil Muslimah halaman 120)

Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang dikarenakan minimnya pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang dipakainya. Yang demikian ini sesuai dengan komentar Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah ketika menjelaskan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tersebut.
Ibnul ‘Abdil Barr menyatakan : “Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah yang memakai pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .” (Dinukil oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik 3/103 )


Mereka adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan perhiasan mereka, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya : “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka.” (An Nur : 31)


Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan di dalam kitab Al Kabair halaman 131 : “Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah menampakkan hiasan emas dan permata yang ada di dalam niqab (tutup muka/kerudung) mereka, memakai minyak wangi dengan misik dan yang semisalnya jika mereka keluar rumah … .”


Dengan perbuatan seperti ini berarti mereka secara tidak langsung menyeret kaum pria ke dalam neraka, karena pada diri kaum wanita terdapat daya tarik syahwat yang sangat kuat yang dapat menggoyahkan keimanan yang kokoh sekalipun. Terlebih bagi iman yang lemah yang tidak dibentengi dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sendiri menyatakan di dalam hadits yang shahih bahwa fitnah yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum pria adalah fitnahnya wanita.


Sejarah sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hancur karirnya hanya disebabkan bujuk rayu wanita.
Dan berapa banyak persaudaraan di antara kaum Mukminin terputus hanya dikarenakan wanita. Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan ibunya demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang dapat membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang pantas untuk tidak mendapatkan wanginya Surga.

Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan kaum pria ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan menampakkan di hadapan kaum pria. Tidak mengherankan lagi jika di sana-sini terjadi pelecehan terhadap kaum wanita, karena yang demikian adalah hasil perbuatan mereka sendiri.

Wahai saudariku Muslimah … . Hindarilah tabarruj dan berhiaslah dengan pakaian yang Islamy yang menyelamatkan kalian dari dosa di dunia ini dan adzab di akhirat kelak.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :“Dan tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.” (Al Ahzab : 33)
Masih banyak sebab-sebab lainnya yang mengantarkan wanita menjadi mayoritas penduduk neraka. Tetapi kami hanya mencukupkan tiga sebab ini saja karena memang tiga model inilah yang sering kita dapati di dalam kehidupan masyarakat negeri kita ini.

Saudariku Muslimah … .


Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka. Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita, beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian beliau bersabda : “Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya : “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)

Bershadaqahlah! Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian dari adzab neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari adzabnya. Amin.

Wallahu A’lam bish sahhab

porno ataukah sebuah seni???

Menarik dan indah. apakah sebuh seniini bisa di kategorikan sebagai tindakan pornografi???

Sabtu, 03 September 2011

Statusku mlm ini mencari tau tentang "SEX"

Wanita dgn sex sangat berkaitan, wanita dgn keindahan pastilah tanpa batasan. keindahan tubuh wanita, sangat identik dgn sex, apalagi orang yg melihat dan mengkategorikannya sebagai keindahan mata laki2 dan kenikmatan saja. pasti semua org menyukai sex, tanpa hrs membedakan usia, danjenis kelamin, tetapi kita harus hati-hati melakukan sex, lakukanlah dgn status hub yg jelas!!! dan rasakan kenikmatannya. bagi yg suka free sex ( gonta-ganti pasangan ) pakailah pengaman, biar terlindung dr brbagai macam penyakit kelamin...!! tapi saya sarankan jgn pernah melakukannya!!!!

Jumat, 02 September 2011

KESEIMBANGAN=> Akal dan belajar itu seperti raga dan jiwa. Tanpa raga..jiwa hanyalah udara hampa. Tanpa jiwa..raga adalah kerangka tanpa makna. Sebaliknya cinta tanpa hati,takan punya arti. Cinta stengah hati. Pasti cepat mati.






Akal dan belajar itu seperti raga dan jiwa.
Tanpa raga..jiwa hanyalah udara hampa.
Tanpa jiwa..raga adalah kerangka tanpa makna.
Sebaliknya cinta tanpa hati,takan punya arti.
Cinta stengah hati. Pasti cepat mati.

Hari2ku selalu update status, koment, dan nge like.. kapan kerjanya ya??


Kelamaan di dpan monitor ya hasilnya jd gitu, lupa waktu, lupa makan,jarang mandi.. pokoknya
lupa segalanya demi temen2 yg ada di FB.

Gambar hari ini..

Suguhan wallpaper buat anda..

"Borrowed Time"

[00:04]A FINE FRENZY [00:10]"Borrowed Time" Thick as thieves the last of leaves In the winter sun Holding fast this freezing branch Is home to us Step, step right over the line And onto borrowed time [00:45]When it's life, not waiting to die [00:49]Waiting to divide to divide [01:02]Counting stars and passing cars [01:05]On the interstate [01:09]The end is near I feel it dear, [01:13]But I am not afraid [01:18]Step, step right over the line [01:24]And onto borrowed time [01:27]When it's life, not waiting to die [01:32]Waiting to divide to divide [01:38]But you say you're getting tired [01:42]You're tired and so am I [01:46]When you follow from behind [02:09]Step, step right over the line [02:17]And onto borrowed time [02:19]When it's life, not waiting to die [02:23]Waiting to divide to divide [02:33]But you say you're getting tired [02:37]You're tired and so am I [02:41]When you follow from behind

Kamis, 01 September 2011

Punya hati pasti bahagia, tapi patah hati pasti jadi gila.

Patah hati ktanya, putus cinta bilangnya. disaat cinta menghampiri kita seharusnya kita sudah tau apa resikonya. cinta bisa bikin orang jd bahagia dengan cinta pula banyak orang jd sengsara. tidak jarang dengan cintapun orang jd lupa dan gila. Maka hati-hatilah dengan yg namanya cinta!!!!

sekedar info tentang sex bebas.

Semua orang pasti menyukai tentang ini ( sex ).
tapi sayangnya orang-orang lebih menyukai sex bebas, tanpa ada ikatan hubungan yg jelas.
terkadang orang-orang melakukannya di tmpat-tmpat sarana umum.
ahh.. tapi mungkin itu hal yg menyenangkan buat sebagian dr mereka. tanggung sendiri deh akibatnya.!!

Wallpaper band








sebagian kecil grup band fav saya..

buat teman FBku

Buat teman-temanku yg ada di facebook ayo cepat sharing dgn saya di sini!!!

Awas NII

Aliran Bau Duit Kelompok "N Sebelas"
Kelompok Negara Islam Indonesia (NII), yang populer disebut N Sebelas, tetap eksis. Anggotanya dari semua kalangan, termasuk ABG dan mahasiswa. Mereka dicap memakai kedok agama untuk menipu.
MENJELANG siang, Jumat pekan lalu. Seorang perempuan, yang lebih tepat disebut Anak Baru Gede (ABG), memasuki ruangan kantor Lembaga Pengkajian Islam Salman ITB Bandung. Kepada Syamsu Basaruddin, sekretaris lembaga itu, ia memperkenalkan dirinya: Dewi, alumnus sebuah SMA di Bandung, yang tengah bersiap-siap memasuki bangku perguruan tinggi. Dia ke situ bukan untuk bertanya-tanya bagaimana bisa lolos jadi mahasiswa. Dewi datang menemui Syamsu untuk satu hal yang amat mengganggu pikirannya: konsultasi tentang sebuah kelompok yang menamakan dirinya Negara Islam Indonesia (NII).
Syamsu akhirnya mafhum atas apa yang tengah dihadapinya. Karena Dewi bukan satu-satunya yang mengadukan hal serupa ke lembaga tersebut. Sudah banyak yang lain, umumnya ABG dan mahasiswa, bimbang dengan sepak terjang kelompok NII yang kini populer disebut "N Sebelas". Kepada Syamsu, Dewi mengaku sudah terdaftar menjadi anggota tetapi belum sampai dibaiat. Dalam situasi itulah, keyakinannya teraduk-aduk. Karena dari beberapa kali hadir dalam kelompok NII, kata Dewi kepada Syamsu, ia menerima ajaran yang terasa aneh dari yang didengarnya selama ini.

Syamsu kemudian menuturkan, NII menyamakan masa sekarang dengan masa sebelum Nabi Muhammad saw., yakni masa jahiliah. Dan, untuk inilah mereka tampil: membebaskan orang dari zaman jahiliah. Makanya, mereka tidak mau bergaul dengan orang di luar kelompoknya. Orang yang keluar dari keanggotaan mereka dipandang murtad. Darahnya dianggap halal. "Mereka menganggap, Islam yang dibawa merekalah yang benar. Di luar itu salah," tutur Syamsu Basaruddin kepada Tajuk.

Gerak-gerik kelompok ini sangat eksklusif. Tempat pertemuan dan pengajiannya berpindah-pindah. Mereka memakai sistem sel. Antara satu kelompok dan kelompok lain, begitu pula antara satu lapisan dan lapisan lainnya, tidak saling tahu. Apalagi antar-orang per orang. Begitu jadi anggota, setiap orang mendapat nama baru. Nama aslinya ditanggalkan. Makanya, Syamsu bisa memastikan, Dewi bukanlah nama asli. "Itu nama samaran dia, kendati saya tidak menanyakan nama aslinya," katanya. 

Karena sistem sel, tak banyak yang tahu berapa jumlah anggota N Sebelas. Yang pasti, tangan mereka sudah menjulur ke berbagai daerah di tanah air. Dari investigasi Tajuk selama dua pekan terakhir ini, diketahui, aktivitas kelompok ini bukan hanya di Bandung. Tetapi sudah ada juga di Jabotabek, Sumatra Utara, dan Jawa Timur. Sejumlah kalangan bahkan menduga, gerak-gerik mereka sudah sampai Kalimantan dan Sulawesi. Masuk akal, sebab rekrutmen mereka memakai pola berantai. Setiap anggota diwajibkan meraih anggota baru dalam jumlah tertentu. Di Bandung, misalnya, setiap anggota dibebani 10 orang anggota baru. Di Jakarta, minimal empat orang. Di Medan, kaki tangan NII juga aktif menggarap ABG dan mahasiswa, selain orang tua. 

Yanti dan Novi (bukan nama sebenarnya) diduga termasuk yang pernah direkrut kelompok ini. Keduanya sama-sama mengaku diajak Wiwin, mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Awalnya, tutur Yanti kepada Tajuk, Wiwin mengajaknya ikut pengajian di daerah Mampang, Jakarta Selatan. Ia langsung sreg saja. Selain Wiwin teman sekelasnya di SMP, ajakan itu juga tujuannya baik. Apalagi, kata Wiwin, pengajian tersebut khusus mempelajari tafsir Alquran. "Saya tertarik karena memang dari keluarga Islam yang taat," kata dara manis berusia 20 tahun ini. 

Saat pergi ke tempat pengajian, Wiwin mengajaknya muter-muter dulu sampai dia tidak hafal lagi di mana tempatnya berada. Di tempat pengajian, sudah ada puluhan orang menunggu. Mereka lalu masuk satu per satu ke dalam ruangan. Tiba gilirannya, rupanya bukan tafsir yang diajarkan. Ia malah diajak ngobrol. Salah seorang dari mereka menanyakan latar belakang keluarganya: nama orang tua, berapa saudara, ada yang tentara/polisi apa tidak. Punya emas berapa gram, luas tanah berapa, rumah tipe berapa. Dan, pesan terakhir kepadanya: "Jangan cerita ke siapa-siapa tentang pengajian ini. Kalau ada yang aneh, jangan lapor polisi."

Keesokan harinya, ia dibawa ke markas penampungan di daerah Lebak Bulus. Dari situ, ia dibawa dengan minibus milik mereka ke sebuah rumah. Suasananya mirip sebuah kompleks perumahan. Bersama 10 orang lainnya, Yanti lalu dibawa dengan mobil yang sama ke suatu tempat. Ia tak tahu di mana sebenarnya tempat dimaksud. Soalnya, beberapa saat menjelang sampai tujuan, mereka diminta menutup mata dengan tangan sendiri. Kalau sampai dibuka, katanya kualat. Dia menduga, tempat tersebut masih di sekitar Jakarta. Menjelang magrib, mereka tiba pada sebuah rumah cukup besar. Lingkungannya seperti di kompleks perumahan, karena model rumahnya hampir sama. Semua jendela ditutup gorden. Lampu dinyalakan seperlunya. "Kami berjalan jinjit tanpa suara. Kata mereka, agar enggak kedengaran tetangga," tutur Yanti. 

Di situlah, Yanti tahu temannya. Ada yang datang dari Jakarta, Bogor, dan empat orang dari Bandung. Semuanya perempuan, rata-rata mahasiswa. "Mereka juga tampak bingung seperti saya," kata Yanti. Tak lama berselang, mereka mulai diperkenalkan dengan ajaran kelompok ini yang katanya berdasar pada Alquran. Intinya antara lain: tidak boleh berzina, tidak boleh merokok, kawin hanya dengan sesama anggota, salat cukup dalam hati. Satu hal lagi, tidak boleh menceritakan ajaran ini kepada orang yang bukan anggota. 

Untuk jadi pengikut yang sempurna dari kelompok itu, begitu kata sang guru, harus melewati tiga tahapan. Pertama, pengikut diharuskan mempelajari tafsir yang mereka berikan. Pada tahapan ini, anggota mengikuti pelajaran huruf Arab gundul. Setelah lolos dari tahapan ini, anggota diharuskan "hijrah" agama dari agama semula ke Islam Tauhid. Tujuannya untuk membersihkan diri. Sebab, manusia, kata ajaran itu, masih kotor seperti anjing. 

Yanti sendiri mengaku sudah berhijrah. Setelah ritual itu selesai, anggota diwajibkan tinggal dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok ini dibentuk, umumnya, berdasarkan angkatan "pendidikan". Setiap kelompok terdiri dari 10-15 laki-laki dan perempuan. Mereka diharuskan tinggal dalam satu rumah. Kalau sampai ada yang hengkang dari kelompok, mereka dipindahkan ke rumah baru. Ini untuk menjaga kerahasiaan kelompok. Kelompok-kelompok ini cukup banyak, tetapi tidak saling mengenal satu sama lain. Yang bisa dikenali hanyalah para guru, yang jumlahnya sekitar 10 orang. Guru-guru itu berumur sekitar 20-25 tahun, kebanyakan mengaku mahasiwa. Penampilannya necis, yang cowok memelihara jenggot. 

Setelah jadi anggota, setiap orang diwajibkan merekrut empat anggota baru. Kewajiban lain, membayar iuran Rp 550 ribu. Uang ini dicicil setiap bulan Rp 50 ribu. Katanya, duit itu ditabung untuk masa depan pengikut. Pokoknya harus ada, terserah didapat dari mana. Kalau bukan dari orang tua, bisa diminta dari orang lain. Ini yang membikin Yanti stres. Mau didapat dari mana duit sebanyak itu. Dia berasal dari kalangan menengah bawah. Keluarganya tinggal di sebuah perkampungan dekat Terminal Manggarai. Karena tak tahan, akhirnya ia berhenti ikut pengajian. Kendati acapkali dikontak kelompok itu, ia akhirnya memilih tobat. Apalagi setelah seorang temannya, yang masuk ke kelompok itu lewat dirinya, sampai sekarang tak pernah kembali ke rumah orang tuanya. "Ini yang membuat saya merasa berdosa," katanya.

Seperti halnya Yanti, Novi juga berpaling dari kelompok itu. Ia sedikit beruntung, belum disumpah seperti Yanti. Dari Rp 550 ribu iuran wajib, baru Rp 100 ribu yang dibayarnya. Beban untuk merekrut anggota baru belum satu pun didapat. Gadis lincah 19 tahun, yang baru dua tahun lalu lulus SMU, ini sudah keburu sebal dengan ajaran kelompok itu yang katanya banyak penyimpangan. Hal ini langsung terasa, tatkala dia hadir pertama kali di markas pengajian mereka di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Seorang di antara mereka, namanya Rahmat, bertanya kepadanya, "Kamu percaya Alquran?" Alquran boleh diinjak enggak? Boleh diludahin enggak? Boleh dilemparin enggak?" Jawaban Novi, tidak boleh. Rahmat langsung menyahut, "Siapa bilang, enggak boleh? Lihat, saya akan lakukan itu, dan saya tidak akan kualat, sebab Alquran itu buatan manusia." Rahmat lalu menginjak, meludahi, menyobek kitab suci itu. 

Novi berkenalan secara tidak sengaja dengan Wiwin di halte Jalan Minangkabau, Manggarai, beberapa bulan lalu. Ia menduga, Wiwin sudah lama menguntitnya. Soalnya, setiap dia ke halte itu Wiwin selalu ada. Wiwin mengajak berkenalan, mengaku mahasiswa Universitas Indonesia. Lalu, biasa, hampir setiap hari Wiwin nongol di rumahnya. Sampai akhirnya dia terjerat dalam jaring-jaring kelompok itu. Trik seperti itu dipakai semua pengikut untuk merekrut anggota baru. 

Caranya: pusatkan perhatian pada orang yang bakal digarap. Ketahuilah seluruh aktivitasnya. Untuk itu, ikuti calon korban mulai dari rumahnya hingga ke tempat-tempat yang sering dikunjungi. Setelah kebiasaan dan tabiatnya dipahami, langkah berikutnya: mengajak berkenalan, menanyakan alamat, lalu mengunjungi rumahnya sesering mungkin. Pokoknya, sampai benar-benar akrab. Kalau sudah demikian, baru diajak mengikuti pengajian. Sebagian anggota ada yang mencari "mangsa" di mal-mal seperti Pasar Festival Kuningan, Blok M, dan lain-lain. Ciri-ciri mereka, kata Novi, bisa diketahui. "Kalau sedang mencari mangsa baru, yang perempuan biasanya berjilbab. Mukanya tidak bercahaya, hitam." 

Yanti dan Novi memang tidak menyebut bahwa kelompok yang dimasukinya N Sebelas. Yang mereka ketahui, kelompok ini menamakan dirinya Aliran Islam Tauhid. Namun, dari berbagai model dan cara mereka beroperasi, ada indikasi, ini adalah kelompok N Sebelas. Indikasi ini makin kuat, setelah Tajuk bertemu Narsih (bukan nama sebenarnya) – salah seorang dari dua nama mantan anggota yang diberikan Yanti dan Novi. Narsih tinggal di Bandung. Ia bergabung dengan kelompok ini tahun lalu, lewat ajakan seorang bekas teman dekatnya semasa SD. Ketika itu, Narsih baru menamatkan program Diploma 1 pada sebuah akademi swasta di Bandung. 

Selama setahun menjadi anggota, dara manis berusia 20 tahun ini sempat beberapa kali mengikuti pengajian. Tempatnya berbeda-beda. Di antaranya, di wilayah Jalan Gegerkalong Bandung. Satunya lagi, di halaman perpustakaan Universitas Padjadjaran Bandung di Jalan Dipatiukur 35. Di halaman perpustakaan itu memang tersedia beberapa meja bundar besar. Hampir setiap sore, kata Narsih, dia bersama anggota kelompoknya berkumpul dan berdiskusi. Aktivitas mereka tak mencolok. Karena kehadiran mereka selintas seperti kumpulan mahasiswa lain yang tengah belajar bersama. "Unpad termasuk salah satu basis perkumpulan mereka," kata Narsih. Selain Unpad, menurut Syamsu Basaruddin, penganut N Sebelas ini juga tersebar di ITB dan sejumlah perguruan tinggi swasta di Bandung. 

Seperti halnya Yanto dan Novi, Narsih hengkang dari sana karena melihat banyak keganjilan. Misalnya, orang lain – termasuk orang tua – tidak boleh tahu. Dan, yang amat merepotkan, dia dimintai duit untuk iuran Rp 600 ribu. Katanya, itu sebagai persyaratan untuk "hijrah". Kalau belum "hijrah", berarti belum resmi jadi anggota kelompok. Bukan cuma itu. Pada setiap pertemuan pun, anggota dimintai sumbangan. Pernah suatu kali, tutur ayah Narsih kepada Tajuk, kalung emas lima gram milik Narsih raib. Ketika ditanya, Narsih baru mengaku kalau kalungnya diberikan kepada kelompok sebagai pengganti uang yang harus dibayarkan. "Itu satu-satunya yang diketahui orang tua tentang kegiatan saya di kelompok itu," kata Narsih, anak pensiunan pegawai swasta ini. 

Duit memang jadi soal besar dalam kelompok ini, selain soal aliran agama tadi. Banyak keluhan, bahkan pengaduan terhadap kelompok ini, karena membebani pengikutnya dengan duit begitu banyak. Lebih-lebih bagi pengikut ABG dan mahasiswa yang tak berpenghasilan. Bulan lalu, Polres Malang bahkan menerima pengaduan beberapa orang tua mahasiswa yang jadi korban N Sebelas. Besar tipuannya bervariasi, antara Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. "Mahasiswa asal Bima (NTB) ada yang kena Rp 5 juta, dengan perjanjian akan dijadikan camat," kata salah seorang perwira Polres Malang kepada Tajuk. 

Di Polres Malang, para korban mengaku awalnya diajak berdiskusi tentang agama oleh anggota N Sebelas. Yang diindoktrinasi kepada anggota baru sama seperti di tempat lain: menganggap dirinya sebagai kelompok suci, yang mengajak orang untuk keluar dari zaman jahiliah sekarang ini. Karena anggota baru berasal dari kelompok kotor, harus membayar denda. Besarnya ditentukan mereka. Tergantung kekuatan ekonomi keluarga si anggota. Rosidah (samaran), mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang, diminta membayar uang hijrah Rp 800 ribu. Ini karena pemantapan hijrah dilakukan di Jakarta. "Karena saya tidak punya duit, terpaksa saya menipu orang tua dengan berbagai alasan," kata mahasiswa semester tujuh, yang kini mondok di Pondok Pesantren Gasek Malang. 

Seperti pelbagai aktivitas lain di kelompok itu, proses keberangkatannya ke Jakarta dilakukan secara sembunyi. Hari itu, sekitar pukul 11.55 WIB, orang NII mengontaknya via telepon, menyuruhnya menunggu di Terminal Arjosari Malang. Di situ sudah menunggu sebuah mobil Panther warna hitam. Beberapa senior yang tidak dikenalnya telah menunggu dengan mengenakan baju rapi dan membawa tas besar. Dari Malang, mereka bergerak menuju Terminal Bungurasih Surabaya. Di sana, sudah menunggu dua orang dari Yogyakarta, dua lagi dari Solo, dan seorang dari Surabaya. Rombongan itu tiba di Jakarta pukul 09.00 keesokan harinya. Hari itu pula, sekitar pukul 18.00 mereka kembali ke Surabaya. "Saya enggak tahu di Jakarta mana saya dibawa," kata gadis itu, polos. 

Jika dihitung, total biaya yang dikeluarkan Rosidah untuk itu sekitar Rp 1,5 juta. Angka yang cukup mencengangkan untuk ukuran mahasiswa. Rosidah kini bersyukur, karena sejak bulan Januari lalu bisa putus hubungan secara total dengan kelompok itu. "Saya keluar karena saya tidak puas. Banyak pertanyaan yang ada pada diri saya tidak terjawab dalam forum NII." Kini, di Ponpes Gasek, dia "diisi" oleh Ustaz Marzuki, pengasuh Pondok Pesantren Gasek Malang, dan kiai lainnya. "NII itu penipu. Nama Islam dipakai kedok untuk mengeruk uang," kata Ustaz Marzuki, pengasuh ponpes dan dosen pascasarjana STAIN Malang. 

Menurut Ustaz Marzuki, ajaran NII menyimpang dari ajaran Islam. Pertama, karena serius terlibat dalam diskusi, banyak anggota NII melupakan salat. Kedua, ketentuan infak tiap bulan Rp 60 ribu tidak mempunyai dasar hukum jelas. Ketiga, penggantian puasa Ramadan (bagi wanita haid) dengan denda (uang) juga tidak punya dasar hukum kuat. Keempat, adanya ketentuan zakat fitrah per tahun Rp 50 ribu. Kelima, batas waktu makan sahur adalah sampai matahari terbit. Dan, keenam, mereka menganggap dirinya paling benar dengan jaminan masuk surga. "Apa mereka sudah teken kontrak. Kok begitu yakin masuk surga," katanya. 

Polres Malang sudah meng-obok-obok beberapa tempat yang diduga sebagai markas operasi kelompok ini. Di antaranya di Jalan Dieng, Tlogomas, Lindung Sari, dan ITN. Hasilnya nihil. Para korban tidak bisa memastikan lokasi pengajian, karena ketika dibawa ke sana mata mereka ditutup. Dalam dua pekan terakhir ini, Tajuk menginvestigasi beberapa tempat yang diduga menjadi sarang mereka. Atas sedikit petunjuk dari Rosidah, Tajuk mendatangi musala Wadaful Ikhlas, yang terletak di Desa Njoyo, Kecamatan Dinoyo, Malang. NII kabarnya acapkali menggelar diskusi di sana. Tak ada jejak apa-apa. Kata seorang penduduk, dulu memang ada orang kumpul-kumpul. Dia pikir, itu kegiatan biasa saja, karena di situ banyak mahasiswa. 

Salah seorang aktivis Unit Agama Kerohanian Islam (UAKI) Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya menerbitkan titik terang baru ihwal markas NII. Sebut saja namanya Kukuh. Ia mengaku tahu markas NII karena pernah diajak Yuswanto, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Angkatan 1996. Di NII, kata Kukuh, Yuswanto duduk sebagai kepala bidang kesehatan wilayah Malang. "Mereka sering kumpul di Desa Karang Besuki." 

Bersama Kukuh, upaya pencarian diarahkan ke Karang Besuki. Ternyata rumah dimaksud, yang terletak di RT 3 RW 3 Nomor 182 Karang Besuki, Kecamatan Sukun, ini sudah berubah jadi warung makan. "Kita menempati lokasi ini sejak empat bulan lalu," kata Lilik, pemilik warung. Penelusuran akhirnya mengarah kepada Yuswanto. Dari bagian kemahasiswaan FK Unibraw diperoleh alamat Yuswanto: Jalan Pisang Candi Barat Nomor 10C. Alamat itu ternyata tak ada. Yang ada cuma Nomor 10. Itu pun bukan rumah Yuswanto. Setelah dicari sepanjang jalan itu, lewat seorang penduduk yang tengah duduk di masjid besar Pisang Candi, rumahnya dapat diketahui. "Yuswanto anak Unibraw? Rumahnya persis di belakang masjid ini, Mas."

Rumah Wawan, begitu ia disapa di lingkungannya, tergolong lumayan. Rumah itu berlantai dua dengan ubin keramik. Sayang, ketika itu ia tidak ada di tempat. Endah, kakak Wawan, bilang, "Dia keluar rumah pukul 06.00 dan kembali di atas pukul 22.00." Endah bercerita, sejak semester dua (1997), adiknya memang agak aneh. Setelah pihak keluarganya mencari tahu ke sana-kemari, ketahuan, Wawan terlibat dalam kelompok NII. Ketika ditanya Endah, Wawan menjawab, "Saya ingin menjadi muslim sejati." 

Masalahnya, tutur Endah kepada Tajuk, Wawan menyertai setiap aktivitasnya di NII dengan permintaan uang secara terus-menerus kepada orang tuanya – dengan berbohong pula. Misalnya, merusakkan peralatan laboratorium, menghilangkan kalkulator atau buku teman, dan sebagainya. Perhiasan ibunya senilai Rp 12 juta bahkan pernah raib tanpa bekas. Endah menampik, kalau dikatakan, itu ulah pencuri dari luar rumah. Jika ditotal, duit yang dipakai Wawan sejak bergabung dengan NII sudah mencapai Rp 20 juta. "Sampai Ibu sakit, Mas. Wawan kan paling disayang. Dia laki-laki satu-satunya di keluarga kami. Gimana ya, Mas, cara mengatasinya? Keluarga sudah suntuk. Kuliahnya juga ancur-ancuran. Kami sekarang hanya bisa berdoa," kata alumnus Fakultas Perikanan Brawijaya ini, pasrah. 

Rosidah, Wawan, dan teman-temannya, cuma sekian dari puluhan – mungkin juga ratusan atau ribuan – anak muda yang terjerat aliran tak jelas, seperti N Sebelas, yang sejatinya telah lama ada di tengah kita. Mereka terus bergerak, seraya menjaring anggota baru. Dari pengamatan Syamsu selama ini, orang yang bersentuhan dengan N Sebelas bisa dipilah ke dalam tiga kelompok. Mereka yang akan masuk, yang sudah masuk namun ragu-ragu, dan mereka yang sudah jadi anggota fanatik. Yang acapkali datang ke lembaga Salman, umumnya, masih berada pada kelompok pertama dan kedua. "Mereka umumnya masih bisa diarahkan untuk kembali ke arah yang benar." Namun kelompok ketiga, kata Syamsu, sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. "Mereka bahkan pernah menantang Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bandung berdebat tentang Islam." 

Tim Tajuk
(http://www.tajuk.com/edisi20_th2/)